Bismillahirrahmanirrahiim... Alhamdulillah.. Allahumma Shalli 'Ala Muhammad. akhirnya blog ini hadir sebagai salah satu media untuk pembelajaran sosiologi di MA Negeri 2 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah maupun yang ingin menambah wawasan tentang ilmu sosiologi. Semoga bermanfaat...
Rabu, 20 Maret 2013
Tujuh Keluarga Besar di Barabai
Kalimantan Selatan
1. Keluarga Besar Mesjid Keramat Desa
Palajau di Pandawan
Menurut buku sejarah mesjid ini yang ditulis
berdasarkan tutur temurun adalah
didirikan utusan dari kerajaan Demak
diawal pengislaman kerajaan banjar,
salah seorang utusan itu yang namanya
bernuansa arab bermukim dan mendirikan
Mesjid Keramat Palajau, sewaktu mesjid
dipugar ditemukan sebuah silsilah yang
ditulis dengan bahasa arab yang
menyatakan pendiri mesjid (biasa disebut
Datu Palajau) adalah seorang keturunan
Demak, (kemungkinan seorang yang
berkerabat dengan para Wali Songo jika
dilihat dari nama yang berbahasa Arab),
ada sebuah tombak yang sewaktu
pemugaran dijual untuk biaya pemugaran,
dan ada juga pedang bertuliskan arab dan
tanggal tahun pembuatannya dipercaya
dari demak yang disimpan oleh salah satu
keturunan Palajau. Beberapa keluarga
masih menyimpan beberapa benda antik
peninggalan keluarga yang sebagian
berkerabat jauh dengan keluarga kerajaan
Banjar.
Sebagian orang mengatakan Palajau
adalah kampung asal dari Barabai,
kenyataan yang benar adalah bahwa
daerah Barabai yang dulu bernama
berdasarkan nama Sungai Labuan Amas dan
Batang Alai memang pernah dipimpin oleh
beberapa keturunan Palajau, kota Barabai
sendiri dibangun oleh Belanda. sebut saja
Kiai Martapati puncuk pimpinan wilayah
labuan amas di masa kerajaan banjar,
salah satu petinggi dalam kerajaan
banjar, dan cucunya ki demang Yudha
Negara ditahun 1800 adalah pemimpin labuan
amas semasa hindia belanda, kemudian
diteruskan anaknya Kiai Ahmad Dahlan
diawal abad 20 yang pemimpin daerah
Batang Alai, kemudaian salah satunya
anaknya Kiai Syarkawi menjadi gubernur
Kalimantan selatan ditahun lima puluhan.
saya juga pernah melihat silsilah yang
namanya Tumenggung kertanegara,
kemungkinan ayah atau kakek dari kia
martapati yang menjadi salah seorang
mantra sikap kerajaan banjar.
Kiai Martapati diyakini bermukim di palajau,
dan keturunannya banyak di Palajau,
Mahang dan Pandawan, sebagian keluarga
beliau ada di Banua Kupang seperti yang
menjadi pambakal (kepala desa) yang
bergelar ki Ngabi Kerta Negara dan ada
juga yang di Amuntai ki Ngabi Wira Kerta
Negera. Salah seorang perempuan keturunan
dari kiai Martapati menikah di amuntai yang
salah satu keturunannya yang terkenal
sebagai pemimpin amuntai waktu itu
Tumenggung Yuda Negara, sebagian
keturuan mereka menempati posisi penting
dikalimantan selatan.
Jaringan keluarga ini tersebar di barnyak
baik dari laki-laki maupun perempuan, seperti
Birayang, Rangas, Wawai, dan Lok Besar,
juga ada di Pantai Hambawang. Keluarga ini
dahulu sangat banyak menurunkan ulama,
sampai sekarang saya masih mengenal
beberapa ulama keturunan mereka.
Beberapa sangat terkenal dimasanya,
bahkan ada yang menjadi Qadi di Martapura
(Martapura merupakan ibukota Kerajaan
Banjar dan sekarang menjadi Pusat santri
di Kalimantan)
Keluarga ini juga mempunyai kekerabatan
dengan keluarga kerajaan Banjar, ini
terlihat dari nama-nama mereka yang
mempunyai gelar Andin, (jika istrinya dari
keturunan bangsawan banjar yang
bergelar Gusti atau Antung, dan suaminya
orang biasa, makanya anaknya dapat di
beri gelar Andin, atau Nanang atau Anang
untuk laki-laki dan Galuh untuk perempuan,
gelar ini selanjutnya tidak dapat
diturunkan lagi)
Dijaman perang Banjar, Pangeran
Hidayatullah pernah bermukim di Palajau,
dan ketika pasukan Belanda mendekat atau
lewat Mesjid di Desa Palajau ini maka
mereka menjadi muntah darah, hal ini lah
yang membuat mesjid itu kemudian diberi
nama Mesjid Keramat.
2. Keluarga besar Mesjid Al-A’la di desa
Jatuh di Pandawan
Desa jatuh sangat berdekatan dengan
palajau, tapi berbeda sungai, kampung
selalu saja berada di dekat dan pinggiran
sungai, ini adalah ciri khas pemukiman Banjar
adan Dayak.
Dalam buku sejarah, seorang pahlawan
perang banjar yang terkenal Penghulu
Muda Yuda Lelana, berhasil beberapa kali
mematahkan dan bahkan membunuh perwira
pasukan belanda ketika menyerang Desa
jatuh. Cucu bunyut dari Penghulu Muda Yuda
Lelana mengakui bahwa mereka keturunan
dari pengIslam pertama dari Demak
diwilayah kerajaan banjar, kemungkinan
memang satu rombongan dengan datu
palajau. Ada sebuah panji-panji yang kirim
oleh syarif mekkah melalui perantara
seorang sayyid untuk diberikan untuk mesjid
al-A’la, menurut seorang arkeolog asing
yang datang bersama dengan DR. Alfani
Daud memperkirakan bahwa panji-panji itu
berumur 300 ratus tahun, dan mesjid sudah
berdiri disana jauh sebelum panji-panji itu
ada. Sebuah Al-Quran tulisan tangan masih
disimpan oleh sebuah keluarga di desa
Kambat.
Keluarga Jatuh ini banyak menurunkan
Ulama di Barabai hingga saat ini, salah
keturunannya yang popular adalah Kiai Haji
Zarkasi hasby di Banjarbaru, salah
seorang pimpinan PP Darul Hijrah, sebuah
makam berkubah didepan mesjid Agung
Barabai dijalan Antasari adalah keturunan
jatuh juga. Penulis tentang Islam di Radar
Banjar, keluarga ini tersebar di Jatuh,
Ayuang. Dan beberapa daerah lain.
3. kemudian keluarga desa Mandingin
Kemudian keluarga desa Mandingin, saya
tidak dapat melacak garis silsilahnya,
saya menduga ada kaitan dengan keluarga
Jatuh, tapi ada salah satu turunan yang
mengatakan bahwa ada kaitan dengan
keturunan dari Amuntai ( Kabupaten Hulu
sungai Utara) dan Pendiri mesjid Pusaka
Banua Lawas , Kalua , Tanjung kabupaten
Tabalong, namun ada juga sebuah keluarga
yang berpendapat ada kaitan dengan
perantau Arab dari manrga tertentu dari
silsilah keluarga mereka, tidak ada yang
pasti memang namun itu bukan masalah
penting dalam hal ini. tidak ada catatan
silsilah yang tersisa, hal ini dikarenakan
keturunan di Mandingin saat ini kebanyakan
adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya
hampir semuanya merantau.
mesjid yang ada di Mandingin diperkirakan
berumur seratus tahun lebih dan salah
satu yang terbesar dijamannya dan juga
salah satu yang paling tua di Barabai.
Sebelum Mesjid ini dibangun sudah ada
mesjid yang dibangun disebelah hulu desa
yang berada dipinggir sungai, namun mesjid
dirobohkan, baru kemudian warga
membangun lagi mesjid baru ditempat
sekarang.
Menurut cerita orang tua, ketika shalat
jumat, disepanjang shaf depan hanya di isi
oleh para Tuan Guru, puluhan orang
jumlahnya, dikampung mandingin juga banyak
ditemukan makam yang berkubah.
keturunan Mandingin ada beberapa yang
menyebar ke desa lain, seperti kampung
Sasak Barabai, di jalan ulama (bakubah di
Ulama), Pajukungan ( pendiri mesjid
Pajukungan), Kubur Jawa, sumanggi Ilung,
Muara rintis Ilung, bahkan Lampihong di
Kabupaten Balangan, salah satu pendiri IAIN
Antasari KH.Abdurahhman Ismail MA adalah
asli Mandingin, salah satu orang Banjar
pertama Yang meraih gelar S2 Master of
art dari Universitas Al-azhar Mesir pada
jaman kolonial Belanda. Beberapa ulama
juga mengambil istri orang Mandingin, salah
satu keturunannya yang juga terkenal
adalah Nasrullah Jamaluddin.Lc imam mesjid
istiqlal Jakarta, ibunya orang mandingin,
ayahnya Jamaludin adalah keturunan syech
Arsyad dari Negara daha.
Dimandingin dapat di temui banyak makam
Ulama yang Berkubah dan berbalambika
(balambika adalah tumpukan tanah yang
meninggi, suatu ciri Khas dari daerah daerah
Banjar adalah adalah Makam yang
ditumbuhi tanah seperti sarang anai-anai
atau rayap yang semakin hari semakin
besar, bahkan ada yang sampai dua meter
tingginya, makam ditumbuhi balambika hampir
selalu adalah makam Ulama atau orang-
orang baik dan alim semasa hidupnya, dan
tidak ada makam seorang yang buruk
perilaku semasa hidupnya mempunyai makam
yang ditumbuhi balambika
Ciri-ciri fisik dari keturunan mandingin yang
tersisa di Mandingin saat ini laki-lakinya
kebanyakan bertubuh besar, tinggi dan
kekar. Dan perempuannya berparas cantik.
Sangat disayangkan Tidak ada catatan
tentang sejarah mandingin.
4. Keturunan syekh Arsyad al-Banjari di
Desa Kahakan, Kalibaru, dan Aluan di
kecamatan Batu Benawa Pagat
Seorang Tuan Guru tua terkenal dan
dihormati di Barabai mengakui bahwa beliau
adalah keturunan ke 7 atau 8 dari syeck
Arsyad, tetapi nasabnya tidak tercatat.
Jika selama ini orang-orang hanya mengenal
kampung kadi sebagai basis keturunan dari
syekh Arsyad di Barabai, maka pasti akan
sedikit terkejut mendengar hal ini.
(keturunan Syekh Arsyad menyebar
keseluruh Indonesia dan Asia Tenggara)
Jika kita ingin memasuki daerah Aluan, dari
arah Barabai menuju tempat wisata Pagat
Batu Benawa , ketika melewati jembatan,
maka belok kiri langsung, anda sudah
memasuki daerah Aluan, jika anda terus
saja menuju utara, maka anda akan menemui
desa Kahakan, Bandang, Kalibaru dan terus
ke desa Tanah Habang dan jika terus maka
akan menembus Birayang di kecamatan
Batang Alai selatan, apabila menyeberang
padang sawah dari Desa Bandang maka
akan tembus ke desa Paya atau Simpang
Mahar, dibelakang Aluan adalah bukit-bukit
dari pegunungan meratus.
Sepanjang jalan anda akan menemui
beberapa makam yang berkubah, ada
beberapa beberapa makam yang dipugar
sangat bagus. Daerah Aluan dan Kalibaru
merupakan daerah terkenal karena ulama-
ulamanya diwaktu dulu, daerah ini memang
dekat dengan anak sungai Barabai dan
sungai Barabai sendiri, di desa Kahakan ada
sebuah langgar keramat yang sering
diziarahi dan makam yang di pugar oleh
penyadang dana dari Martapura.
Seorang teman mengatakan bahwa salah
satu cucu dari syekh arsyad diutus
kedaerah ini untuk berdakwah, maka
keturunanya lah yang banyak menjadi
ulama, bahkan sampai sekarang, ini salah
satu keluarga berpengaruh, meski
kenyataannya hanya sedikit yang tahu asal
usul keturunan mereka.
Ada cerita menarik, salah satu keturunan
desa kahakan menjadi tentara dimasa-
masa awal kemerdekaan, dan ditugaskan di
kota Pangkalanbun, disana beliau menikahi
seorang Putri raja Kotawaringin, dan
mempunyai dua orang putri.
Tokoh yang mungkin terkenal dari
keturunan keluarga ini saat ini adalah
Ketua KPU Prof. Hafiz Ansyari.
Sebenarnya ada keluarga lain lagi, seperti
keluarga kampung kadi dan kampung kopi
yang merupakan keturunan syekh arsyad,
tapi keluarga ini datang kemudian dan
terpisah dari keluarga aluan. saat ini,
keluarga ini sangat terkenal dibarabai,
dengan para Qadi jaman dulu yang bermukim
disana, dan komplek pesantren kitun
disebelahnya, tempat pengajian paling ramai
diBarabai.
5. Keturunan keluarga besar Desa
Pamangkih Kecamatan Kasarangan
Pesantren Ibnul Amin Pamangkih sangatlah
terkenal dan mempunyai alumni yang
tersebar diseluruh Indonesia, pesantren
terbesar di Barabai dan terbesar kedua di
Kalimantan selatan.
Menurut teman saya orang Amuntai
keturunan pamangkih mengatakan bahwa
dia adalah keturunan ketujuh dari seorang
ulama Jawa yang datang berdakwah dan
menetap dipamangkih setelah belajar di
Mekkah. Diperkirakan ulama tersebut
sejaman dengan syekh Arsyad Al-Banjari.
Keluarga ini sangat berpengaruh saat ini,
menurunkan banyak ulama disepanjang
daerah Pantai Hambangan dan Kasarangan
sampai Sungai Buluh dan bahkan ke Amuntai.
Pesantren Ibnul amin adalah manisfentasi
dari jaringan keturunan ulama Pamangkih ini.
6. Keluarga pagustian
Keluarga pagustian, keluarga bangsawan
dari kerajaan Banjar, meskipun pengaruh
mereka kurang terlihat di Barabai saat ini,
dimasa lalu keluarga ini adalah keluarga
berpengaruh diseluruh wilayah kerajaaan,
setelah perang Banjar jatah kekuasaan
dari para Pegustian di copot oleh Belanda.
saya mendengar beberapa keluarga
pagustian ada di desa Pagat dan desa
Aluan Batu Benawa.
Ada sebuah kubur berkubah dari para
pagustian, seperti diperbatasan antara
desa Tanah Habang dan Kalibaru, dipinggir
jalan di yang sepanjang jalannya adala
kebun karet, ada sebuah makam berkubah
sangat bagus. Juga ada makam Syech
mubarak di desa mahang sungai hanyar,
syech Mubarak atau Pangeran Kacil
merupakan anggota keluarga Pagustian,
keturuannya ada di Binjai piura di
kecamatan kasarangan, dan juga sebagian
ada di Bukat seberang ( lurus dari Kampung
Kadi).
7. Keluarga Habaib
Keluarga ini diperkirakan datang ke barabai
pada akhir tahun 1800, seorang yang
sangat terkenal dari keluarga ini adalah
Habin Alwi al-Habsy, seorang mantan
kapten Arab di Banjarmasin, dan kemudian
bermukim di Barabai, beliau lah yang
membangun pasar Batu di Barabai, beliau
juga sempat memimpin Barabai dimasa
transisi kemerdekaan, beliau juga yang
menyambut Soekarno ketika berkunjung ke
Barabai. Keluarga Habaib kebanyakan
bermukim di Kota Barabai, khususnya di
Kampung Arab.
Habaib Alwi Al-Habsy menikahi seorang
perempuan dari keturunan Banua Kupang.
Keturunan keluarga ini juga kembali
merantau ke daerah lain, seorang tokoh
terkenal saat ini dimartapura adalah
HabibAli Al-Habsy, beliau keturunan habaib
Barabai, beliau tokoh keuangan mikro
syariah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar